Monday, June 29, 2009
PUISI UNTUK NELAYAN
Thursday, June 25, 2009
MALAYSIA
|
Wednesday, June 24, 2009
PUISI
Yang capik datang bertongkat,
Yang buta meraba-raba,
Yang tuli leka bertanya,
Yang kecil terambin lintang,
Yang jarak tolak-tolakan,
Yang pendek tinjau-meninjau,
yang kurap mengekor angin.
Masing-masing dengan gunanya :
Yang pekak pembakar meriam,
Yang buta penghembus lesung,
Yang lumpuh penghalau ayam,
Yang pekung penjemuran,
Yang kurap pemikul tabuh.
Bahasa berirama jenis runs ini digunakan dalam hikayat lama untuk menggambarkan kesetian rakyat kepada raja atau pemerintah. Selain itu, ia juga menggambarkan bahawa setiap individu dalam masyarakat mempunyai peranan masing-masing mengikut keupayaan dan kemampuan. Nilai gotong royong dan muafakat juga boleh dilihat apabila setiap individu melakukan tuga yang satu itu bersama-sama.
dipetik : Hikayat Awang Sulung Merah Muda
WAKTU
WAKTU | ||
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan. | ||
Tuesday, June 23, 2009
Kisah gagak yang kuno
Thursday, June 18, 2009
Burung Gagak Balas Dendam pada Anjing
BURUNG GAGAK
Dalam sebuah bencana kapal karam, seorang lelaki terdampar di pulau terpencil. Demi bertahan hidup, ia belajar memanfaatkan segala yang ada di pulau itu untuk dimakan. Bahkan dalam upaya melindungi diri, ia berhasil membangun gubuk untuk berteduh. Berbulan-bulan ia bertahan tanpa bantuan siapa pun. Suatu hari, ketika kembali dari berburu, ia mendapati gubuknya terbakar. Dengan badan lemas ia mengeluhkan nasibnya. Namun, ternyata justru dari situ datang pertolongan baginya: asap dari gubuk terbakar itu memberi tanda untuk datangnya kapal penolong.
Bayangkan, pada musim kering, dalam keadaan alam yang gersang ada suara burung gagak. Itu pertanda burung-burung itu mencium bau kematian. Mereka menanti seseorang mati diserbu ganasnya kekeringan, sehingga bangkainya siap disantap. Dan memang ada orang di sana. Elia namanya. Namun, skenario terbalik. Orang itu tidak mati dihajar musim kering yang dahsyat. Ia hidup, tetap minum dan makan. Dan yang paling aneh, burung-burung gagak bukan mau “memakannya”, melainkan memberinya makan! Itulah cara unik Tuhan memelihara hamba-Nya. Pembawa bau kematian dijadikan-Nya pembawa harapan akan kehidupan.
Krisis global sekarang ini betul-betul seperti kekeringan yang melanda bumi. Mendatangkan kegersangan jiwa, kelaparan fisik, kepenatan hati, pengangguran, kemiskinan, dan ketakutan. Akan tetapi ingatlah, yang kita pandang buruk dapat menjadi alat Tuhan untuk mendatangkan kebaikan yang tak terduga. Pemeliharaan-Nya atas kita melampaui segala musim dan cuaca. Tetaplah percaya dan berusaha. Tiada yang mustahil bagi Dia –PAD
PENGHARAPAN MEMBARA DI DADA ORANG-ORANG YANG PERCAYA AKAN DIA
1Raja 17:1-61. Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.”2 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya:3 “Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.4 Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.”5 Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.6 Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.